Batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang
berupa bahan lepas. Menurut ( Pettijohn,
1975 ) batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material
hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia
maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang
kemudian mengalami pembatuan. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan
bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh
kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi,
tetapi ketebalannya relatif tipis.
Volume
batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang
diketahui di litosfera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana
batuan beku metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan
bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapa
dari batuan beku sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang
tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai
13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua.
Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan
yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer.
Di dasar lautan dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari
lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah
ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2
kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar
1 kilometer (Endarto, 2005 ).
Batuan
sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara
beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat
halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk
kedalam batuan sedimen. Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya
merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh
batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung
adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80% (Pettijohn, 1975).
Sedimen
tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang terakumulasi
di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun
secara teoritis dibawah permukaan air tidak terjadi erosi, namun masih ada
energy air, gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis terumbu-terumbu
karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya. Material sedimen
dapat berupa :
1. Fragmen dan mineral-mineral dari batuan yang
sudah ada. Misalnya kerikil di sungai, pasir di pantai dan lumpur di laut atau
di danau.
2. Material organik, seperti terumbu koral di
laut, sisa-sisa cangkang organism air dan vegetasi di rawa-rawa.
3. Hasil penguapan dan proses kimia seperti garam
di danau payau dankalsim karbonat di aut dangkal.
B. PROSES SEDIMENTASI
Batuan
yang berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan adalah batuan sedimen.
Batuan sedimen ini terbentuk dengan proses pertama tentunya adalah pecahnya
atau terabrasinya batuan sumber yang kemudian hasil pecahannya tertransportasi
dan mengendap di suatu area tertentu. Proses-proses tersebut telah lazim
disebut sebagai proses-proses sedimentasi. Proses sedimentasi pada batuan
sedimen klastik terdiri dari 2 proses, yakni proses sedimentasi secara mekanik
dan proses sedimentasi secara kimiawi.
1.
Proses sedimentasi mekanik
Proses
sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana butir-butir sedimen
tertransportasi hingga diendapkan di suatu tempat. Proses ini dipengaruhi oleh
banyak hal dari luar. Transportasi butir-butir sedimen dapat dipengaruhi oleh
air, gravitasi, angin, dan es. Dalam cairan, terdapat dua macam aliran, yakni
laminar (yang tidak menghasilkan transportasi butir-butir sedimen) dan
turbulent (yang menghasilkan transportasi dan pengendapan butir-butir sedimen).
Arus turbulen ini membuat partikel atau butiran-butiran sedimen mengendap
secara suspensi, sehingga butiran-butiran yang diendapkan merupakan butiran
sedimen berbutir halus (pasir hingga lempung). Proses sedimentasi yang
dipengaruhi oleh gravitasi dibagi menjadi
4, yakni yang dipengaruhi oleh arus turbidit, grain flows, aliran
sedimen cair, dan debris flows.
a) Arus turbiditi dipengaruhi oleh aliran air dan
juga gravitasi. Ciri utama pengendpan oleh arus ini adalah butiran lebih kasar
akan berada di bagian bawah pengendapan dan semakin halus ke bagian atas
pengendapan.
b) Grain flows biasanya terjadi saat sedimen yang
memiliki kemas dan sorting yang sangat baik jatuh pada slope di bawah
gravitasi. Biasanya sedimennya membentuk reverse grading.
c)
Liquified sediment flows merupakan hasil dari
proses liquefaction.
d)
Debris flows, volume sedimen melebihi volume
ar, dan menyebabka aliran dengan viskositas tinggi. Dengan sedikit turbulens,
sorting dari partikel mengecil dan akhirnya menghasilkan endapan dengan sorting
buruk.
2.
Proses sedimentasi kimiawi
Proses
sedimentasi secara kimiawi terjadi saat pori-pori yang berisi fluida menembus
atau mengisi pori-pori batuan. Hal ini juga berhubungan dnegan reaksi mineral
pada batuan tersebut terhadap cairan yang masuk tersebut. Berikut ini merupakan
beberapa proses kimiawi dari diagenesis batuan sedimen klastik:
a) Dissolution (pelarutan), mineral melarut dan
membentuk porositas sekunder.
b) Cementation (sementasi), pengendpan mineral
yang merupakan semen dari batuan, semen tersebut diendapkan pada saat proses
primer maupun sekunder.
c) Authigenesis, munulnya mineral baru yang
tumbuh pada pori-pori batuan
d) Recrystallization, perubahan struktur kristal,
namun kompsisi mineralnya tetap sama. Mineral yang biasa terkristalisasi adalah
kalsit.
e) Replacement, melarutnya satu mineral yang
kemudian terdapat mineral lain yang terbentuk dan menggantikan mineral tersebut
f) Compaction (kompaksi)
g) Bioturbation (bioturbasi), proses sedimentasi
oleh hewan (makhluk hidup)
Dalam proses sedimentasi itu sendiri terdapat yang disebut dengan
diagenesis. Diagenesis memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:
a)
Eoldiagenesis
Tahap ini merupakan tahap awal dari
pengendapan sedimen. Dimana terjadi pembebanan, yang menyebabkan adanya
kompaksi pada tiap lapisan sedimennya. Pada tahap ini proses kompaksi
mendominasi
b)
Mesodiagenesis = earlydiagenesis
c)
Latelydiagenesis
Tahap mesogenesis ini terjadi setelah melewati tahap eoldiagenesis. Pada tahap ini, kompaksi yang sangat kuat disertai dnegan proses burial, menyebabkan kenaikan suhu dan tekanan yang memicu terjadinya dissolution. Pada tahap ini proses yang mendominasi adalah proses dissolution (pelarutan). Sampai dengan proses ini, dikategorikan sebagai earlydiagenesis. Apabila setelah proses pelarutan, masih terjadi burial, maka akan terjadi sementasi di sekitar butiran-butiran sedimen. (inilah yang disebut dnegan latelydigenesis). Apabila kompaksi terus berlanjut, hingga pada suhu 150 derajat celcius. Proses diagenesis akan berhenti dan digantikan menjadi proses metamorfisme.
Tahap mesogenesis ini terjadi setelah melewati tahap eoldiagenesis. Pada tahap ini, kompaksi yang sangat kuat disertai dnegan proses burial, menyebabkan kenaikan suhu dan tekanan yang memicu terjadinya dissolution. Pada tahap ini proses yang mendominasi adalah proses dissolution (pelarutan). Sampai dengan proses ini, dikategorikan sebagai earlydiagenesis. Apabila setelah proses pelarutan, masih terjadi burial, maka akan terjadi sementasi di sekitar butiran-butiran sedimen. (inilah yang disebut dnegan latelydigenesis). Apabila kompaksi terus berlanjut, hingga pada suhu 150 derajat celcius. Proses diagenesis akan berhenti dan digantikan menjadi proses metamorfisme.
d)
Telodiagenesis
Sedangkan jika setelah tahapan mesodiagenesis terjadi pengangkatan, dalam proses pengangkatan ini, keberadaan berbagai jenis air (air meteorik, air tanah, dll) mempengaruhi susunan komposisi kimia batuan, sehingga memungkinkan terjadinya authigenesis (pengisian mineral baru).
Sedangkan jika setelah tahapan mesodiagenesis terjadi pengangkatan, dalam proses pengangkatan ini, keberadaan berbagai jenis air (air meteorik, air tanah, dll) mempengaruhi susunan komposisi kimia batuan, sehingga memungkinkan terjadinya authigenesis (pengisian mineral baru).
C.
MACAM-MACAM BATUAN SEDIMEN
1.
Batuan Sedimen Klastik
Batuan
sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan
kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan
beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. Batuan sedimen diendapkan dengan proses
mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran
besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses
pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut.
Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung
dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga
diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan
laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan
detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan
lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini
pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut
dalam.
Fragmentasi
batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun secara kimiawi,
kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, prosess-
proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama
dan sesudah litifikasi. Contohnya; Breksi, Konglomerat, Standsstone (batu
pasir), dan lain-lain.
Batuan
sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan
asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri.
(Pettjohn, 1975). Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi
dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya.
Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang
terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya
besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi
dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan
dilingkungan sungai dan batuan batu pasir bisa terjadi dilingkungan laut,
sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan
detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan
lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini
pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam
(Pettjohn, 1975). Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis
maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu
cekungan pengendapan (Pettjohn, 1975).
Setelah
pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, proses proses-proses
yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan
sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen
menjadi batuan keras ( Pettjohn, 1975).
Proses
diagenesa antara lain :
a)
Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu
terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya. Disini volume
sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain menjadi
rapat.
b)
Sementasi
Yaitu turunnya material-material di
ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen dengan
yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada ruang
butir makin besar.
c)
Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu
mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen
selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada
pembentukan batuan karbonat.
d)
Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di
lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru
dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut :
karbonat, silica, klorita, gypsum dan lain-lain.
e)
Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh
berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal.
2.
Batuan Sedimen Non-Klastik
Batuan
sedimen Non-Klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil
penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu).
Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi
/organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan
terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 ® CaCO3. Secara
organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau
tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang),
terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai
akibat penurunan daratan menjadi laut. Contohnya; Limestone (batu gamping),
Coal (batu bara), dan lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi
kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah
kristalisasi langsung atau reaksi organik (Pettjohn, 1975). Menurut R.P.
Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan yaitu :
a)
Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan
proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain adalah breksi,
konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di
lingkungan sungai dan danau atau laut.
b)
Golongan Detritus Halus
Batuan yang termasuk kedalam golongan
ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked
ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.
c)
Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari
kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau
oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk
lebih dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di
lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada
lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali
macamnya tergantung pada material penyusunnya.
d)
Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah
gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya.
Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan
golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
e)
Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini
harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan
ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga
sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor
yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan
dari larutan tersebut. Batuan-batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip,
anhidrit, batu garam.
f)
Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari
unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan
tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya
sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya
batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan
sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
D.
KEKOMPAKAN
Proses
pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan) hingga menjadi batuan
sedimen disebut diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada suhu
dan tekanan atmosferik sampai dengan suhu 300oC dan tekanan 1 – 2
kilobar, berlangsung mulai sedimen mengalami penguburan, hingga terangkat dan
tersingkap kembali di permukaan. Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam
diagenesa, yaitu :
1. Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal
pada sedimen di bawah muka air.
2. Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada
waktu sedimen mengalami penguburan semakin dalam.
3. Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis
pada saat batuan sedimen tersingkap kembali di permukaan oleh karena
pengangkatan dan erosi.
Dengan
adanya berbagai macam diagenesa maka derajat kekompakan batuan sedimen juga
sangat bervariasi, yakni :
- Bahan lepas (loose materials, masih berupa endapan atau sedimen)
- Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi pada kondisi kering, tetapi akan terurai bila dimasukkan ke dalam air.
- Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada butiran/fragmen yang dapat dilepas dengan tangan atau kuku.
- Kompak (keras), butiran tidak dapat dilepas dengan tangan/kuku.
- Sangat kompak (sangat keras, biasanya sudah mengalami rekristalisasi).
E.
KEBUNDARAN
Berdasarkan
kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dan kawan-kawan
(1987) membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan
pembulatan rendah dan tinggi. Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
Kategori kebundaran dan
keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk., 1987).- Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
- Meruncing (menyudut) (angular)
- Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
- Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
- Membundar (membulat (rounded)
- Sangat membundar (membulat) (well-rounded).
F.
TEKSTUR PERMUKAAN
a) Kasar, bila pada permukaan butir terlihat
meruncing dan terasa tajam. Tekstur permukaan kasar biasanya dijumpai pada
butir dengan tingkat kebundaran sangat meruncing-meruncing.
b)
Sedang, jika permukaan butirnya agak
meruncing sampai agak rata. Tekstur ini terdapat pada butir dengan tingkat
kebundaran meruncing tanggung hingga membulat tanggung.
c) Halus, bila pada permukaan butir sudah halus
dan rata. Hal ini mencerminkan proses abrasi permukaan butir yang sudah lanjut
pada saat mengalami transportasi. Dengan demikian butiran sedimen yang
mempunyai tekstur permukaan halus terjadi pada kebundaran membulat sampai
sangat membulat.
Sekalipun hal itu dinyatakan sebagai
katagori kebundaran, tingkatan ini nampaknya lebih didasarkan pada tekstur
permukaan dari pada butir.
G.
UKURAN BUTIR
Butir
lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik. Ukuran
butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa
ada butir seperti pasir tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung akan terasa
sangat halus dan lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan butiran seperti
pada lanau, dan bila diberi air akan terasa sangat licin.
Skala ukuran butir sedimen (disederhanakan).
Ukuran
butir (mm)
|
Nama
Butiran
|
Nama
batuan
|
Æ > 256
|
Boulder /
block (bongkah)
|
Breksi
|
64 – 256
|
Cobble (kerakal)
|
(bentuk / kebundaran
butiran meruncing)
|
4 – 64
|
Pebble
|
Konglomerat
|
2 – 4
|
Granule (kerikil)
|
(bentuk / kebundaran
butiran membulat)
|
1/16 – 2
|
Sandstone
(pasir)
|
Batupasir
|
1/16 – 1/256
|
Silt (lanau)
|
Batulanau
|
Æ < 1/256
|
Clay
(lempung)
|
Batulempung
|
H.
POROSITAS (Kesarangan)
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous)
rongga atau pori-pori di dalam batuan. Batuan dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada batuan itu banyak
dijumpai lubang (vesicles) atau pori-pori. Sebaliknya,
batuan dikatakan mempunyai porositas rendah apabila
kenampakannya kompak, padat atau tersemen dengan baik sehingga sedikit sekali
atau bahkan tidak mempunyai pori-pori. Permeabilitas adalah tingkatan kemampuan batuan meluluskan air (zat
cair).
Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air, yaitu :
Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air, yaitu :
a)
Bahan lepas, atau terkompakkan lemah, biasanya
berbutir pasir atau lebih kasar.
b)
Batuan dengan porositas tinggi, lubang-lubangnya
saling berhubungan.
c)
Batuan mempunyai pemilahan baik, kemas tertutup, dan
ukuran butir pasir atau lebih kasar.
d)
Batuan yang pecah-pecah atau mempunyai banyak retakan
/ rekahan.
Impermeable (tidak lulus air), jika batuan itu tidak mampu meluluskan air, yaitu :
Impermeable (tidak lulus air), jika batuan itu tidak mampu meluluskan air, yaitu :
a)
Batuan berporositas tinggi, tetapi lubang-lubangnya
tidak saling berhubungan.
b)
Batuan mempunyai pemilahan buruk, kemas terbuka,
ukuran butir lanau – lempung. Material lanau dan lempung itu yang menutup
pori-pori antar butir.
c)
Batuan bertekstur non klastika atau kristalin, masif,
kompak dan tidak ada rekahan.
Secara praktis megaskopis, suatu batuan mempunyai
tingkat kelulusan tinggi apabila di permukaannya diteteskan air maka air itu
segera habis meresap ke dalam batuan. Sebaliknya, batuan mempunyai kelulusan
rendah atau bahkan tidak lulus air bila di permukaannya diteteskan air maka air
itu tidak segera meresap ke dalam batuan atau tetap di permukaan batuan.
I.
STRUKTUR SEDIMEN
- Struktur di dalam batuan (features within strata) :# Struktur perlapisan (planar atau stratifikasi). Jika tebal perlapisan < 1 cm disebut struktur laminasi.# Struktur perlapisan silang-siur (cross bedding / cross lamination.# Struktur perlapisan pilihan (graded bedding)~Normal, jika butiran besar di bawah dan ke atas semakin halus.~Terbalik (inverse), jika butiran halus di bawah dan ke atas semakin kasar.2. Struktur permukaan (surface features)# Ripples (gelembur gelombang atau current ripple marks)# Cetakan kaki binatang (footprints of various walking animals.# Cetakan jejak binatang melata (tracks and trails of crowling animals)# Rekahan lumpur (mud cracks, polygonal cracks)# Gumuk pasir (dunes, antidunes)3. Struktur erosi (erosional sedimentary structures)# Alur/galur (flute marks, groove marks,linear ridges)# Impact marks (bekas tertimpa butiran fragmen batuan atau fosil)# Saluran dan cekungan gerusan (channels and scours)# Cekungan gerusan dan pengisian (scours & fills)
J.
PENAMAAN BATUAN
Penaman
batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian (data
deskriptif) yang meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian
batuan sedimen silisiklastika umumnya berdasar ukuran butir, ditambah dengan
bentuk butir, struktur dan komposisi
yaitu :
1. Rudit (f > 2 mm),
termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen
membulat). Apabila komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati,
maka penamaaan tambahan dapat diberikan berdasarkan komposisi utama fragmen
batuan tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi batuapung, konglomerat kuarsa.
2. Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir
(batupasir). Penamaan batupasir ini dapat ditambahkan berdasar kenampakan
struktur sedimen (contoh batupasir berlapis, batupasir silangsiur), atau
komposisi penyusun utamanya, misal batupasir kuarsa.
3. Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau,
dan serpih. Batulempung berbutir lempung, batulanau tersusun oleh
mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih adalah batulempung atau batulanau
berstruktur laminasi.
Tabel Penamaan
batuan sedimen klastika secara megaskopis (Huang, 1965).
Tekstur/Struktur
|
Komposisi
mineral/fragmen
|
Nama
batuan
|
Ciri-ciri
khas
|
Rudit
(2
– 256 mm)
|
Komposisi sejenis atau campuran, terutama dengan
rijang, kuarsa, granit, kuarsit, batugamping dll.
|
Konglomerat
|
Fragmen umumnya bulat atau agak membulat
|
Breksi
|
Fragmen umumnya runcing, dan menyudut
|
||
Fanglomerat
|
Kipas aluvial yang mengalami pembatuan
|
||
Pecahan
batuan bercapur dengan semen
|
Tillit
|
Umumnya tidak terpisah. Fragmen batuan terdapat bekas goresan
|
|
Arenit
(1/16
– 2 mm)
|
Terutama kuarsa 25%, felspar kalium atau plagioklas
10-25%.
Pecahan batuan: basal, riolit, batusabak dll.
Mineral mika, serisit, klorit, bijih besi.
|
Arenit atau
batupasir kuarsa
|
Pemilahan baik dan bersih
|
Arkose
|
Pemilahan jelek, warna abu-abu kemerahan
|
||
Batupasir
felspatik
Graywacke
subgraywacke
|
Lebih dewasa dari arkose antara graywacke dan arenit
|
||
Lutit
(1/16
– 1/256 mm)
|
Umumnya mineral lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit dan bijih
besi.
|
Batulanau
|
Antara batupasir dan serpih
|
Serpih
Batulumpur
Batulempung
|
Mudah membelah, tidak plastis, bila dipanasi menjadi
plastis
|
Untuk batuan karbonat bertekstur
klastika :
1.
Kalsirudit, adalah breksi atau
konglomerat dengan fragmen batugamping.
2.
Kalkarenit, adalah batupasir yang tersusun oleh
mineral karbonat.
3.
Kalsilutit, adalah batugamping klastis berbutir
halus (lanau – lempung).
Untuk batugamping bertekstur non klastika, cukup diberi
nama batugamping non klastika. Apabila di dalam batugamping banyak
mengandung fosil maka dapat disebut batugamping berfosil. Sedangkan batuan
karbonat yang sudah tersusun oleh kristal kalsit atau dolomit disebut batugamping
kristalin. Napal adalah terminologi untuk batuan sedimen berbutir
lanau dan lempung, tersusun oleh bahan silisiklastika dan karbonat.
Untuk batuan klastika gunungapi, tata namanya mengikuti batuan
piroklastika yang telah dijelaskan pada acara analisis batuan beku, yaitu
terdiri dari tuf (halus dan kasar), batulapili, breksi gunungapi
dan aglomerat (Gambar 3.8). Dalam beberapa hal, secara megaskopik, warna
yang sangat khas dapat ditambahkan untuk penamaan batuan, contoh tuf hijau,
batupasir merah, batulempung hitam dsb.
Penamaan batuan sedimen non
klastika secara megaskopis (Huang, 1965).
Tekstur/Struktur
|
Komposisi
mineral/fragmen
|
Nama
batuan
|
Ciri-ciri
khas
|
Rapat,
afanitik, berbutir kasar, kristalin, porus, oolit dan mosaik
|
Terutama kalsit
|
Batugamping
|
Breaksi dengan HCl, mengandung organik, bioklastika,
|
Terutama
dolomit
|
Dolomit
|
Tidak segera bereaksi dengan HCl, jarang mengandung fosil, berbutir
sedang
|
|
Berbutir
halus
|
Kristal halus dengan mikroorganisme
|
Kapur
|
Putih – abu-abu terang, sangat rapuh, mengandung
fosil
|
Karbonat
dan lempung
|
Napal
|
Abu-abu terang, rapuh, pecahan konkoidal
|
|
Rapat
dan berlapis
|
Campuran silika, opal dan kalsedon dll.
|
Rijang
|
Warna beragam, keras, kilap non logam, konkoidal
|
Terutama
gips
Anhidrit
Terutama
malit
|
Gips
|
Evaporit, tidak sendiri melainkan berasosiasi dengan mineral/batuan
lain.
Dijumpai kristal yang mengelompok
|
|
Masif
atau berlapis
|
Mineral fosfat dan fragmen tulang
|
Fosforit
|
Diperlukan penentuan kadar P2O3
|
Amorf,
berlapis, tebal
|
Humus, tumbuhan
|
Batubara, lignit
|
Warna coklat, pecahan prismatik
|
K. GENESIS
Berdasar data pemerian batuan sedimen tersebut di
atas, maka secara genesa dapat diinterpretasikan mengenai :
1.
Asal-usul atau sumber batuan sedimen
(provenance)
2.
Energi pengangkut (angin, air, es, longsoran, letusan
gunungapi atau kombinasi di antaranya), jaraknya dengan sumber dan proses
transportasinya.
3.
Lingkungan pengendapan, di darat kering, darat
berair tawar (danau, sungai), di pantai atau di laut (dangkal atau dalam).
4.
Diagenesa dan lain-lain.
Sifat – sifat batuan sedimen yang
harus dilakukan pemerian.
Nama
Batuan
|
Campuran/
semen/matrix
|
Fragmen/mineral
pembentuk x)
|
Warna
|
Besar
butir
|
Pemilahan
|
Bentuk
butir
|
Kemas
|
Mineral
sedikit
|
Porositas
|
Kekom-
pakan
|
Breksi
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
Konglomerat
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
T
u f a
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
-
|
X
|
X
|
X
|
Batupasir
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
-
|
X
|
X
|
X
|
Batulanau
|
X
|
-
|
X
|
-
|
-
|
-
|
-
|
X
|
-
|
X
|
Serpih
Lempung
|
X
|
-
|
X
|
-
|
-
|
-
|
-
|
X
|
-
|
X
|
Lempung
|
X
|
-
|
X
|
-
|
-
|
-
|
X
|
X
|
-
|
X
|
Napal
|
X
|
-
|
X
|
-
|
-
|
-
|
X
|
X
|
-
|
X
|
Gamping
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
-
|
X
|
X
|
X
|
Dolomit
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
-
|
X
|
X
|
X
|
Batubara
|
X
|
X
|
X
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
X
|
Rijang
|
X
|
-
|
X
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
X
|
Anhidrit
|
X
|
-
|
X
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
X
|
Fosfat,
dll
|
X
|
X
|
X
|
X
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
X
|
X = Sifat yang dimiliki
- = Sifat yang tidak dimiliki
x) Termasuk jenis mineral lempung
L.
MACAM-MACAM BATUAN SEDIMEN
1. Tufa
Merupakan suatu spongi, batuan karbonat yang porous, diendapkan sebagai lapisan tipis di permukaan, di dekat mata air (Springs) dan sungai (rivers). Ditemukan di kaligendig, Karangsambung, Kebumen.
Merupakan suatu spongi, batuan karbonat yang porous, diendapkan sebagai lapisan tipis di permukaan, di dekat mata air (Springs) dan sungai (rivers). Ditemukan di kaligendig, Karangsambung, Kebumen.
2.
Bentonit
Genesa Bentonit secara umum dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam yaitu, Terjadi karena pengaruh pelapukan,Terjadi karena pengaruh hydrothermal,Terjadi karena akibat devitrivikasi dari tufa gelas yang diendapkan di dalam air (lakustrin sampai neritic). Terjadi karena proses pengendapan kimia dalam suasana basa (alkali) dan sangat silikan. Ditemukan di patik, Sepat, Gunung kidul.
Genesa Bentonit secara umum dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam yaitu, Terjadi karena pengaruh pelapukan,Terjadi karena pengaruh hydrothermal,Terjadi karena akibat devitrivikasi dari tufa gelas yang diendapkan di dalam air (lakustrin sampai neritic). Terjadi karena proses pengendapan kimia dalam suasana basa (alkali) dan sangat silikan. Ditemukan di patik, Sepat, Gunung kidul.
3.
Lempung
Lempung kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi. Ditemukan di Tontongan, karangsambung, kebumen.
Lempung kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi. Ditemukan di Tontongan, karangsambung, kebumen.
4.
Lempung Merah
Pada umumnya batuan keras basalt
dan andesit akan menjadikan lempung berwarna, sehingga disebut lempung merah.
Ditemuukan di karangsambung, kebumen.
5.
Batupasir
Batu pasir terbentuk dari sementasi
dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak
dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini
1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari
kuarsa, feldspar atau pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak,
serta sedikit klorit dan bijih besi. Ditemukan di karang sambung, Kebumen.
6.
Batupasir Merah
Seperti halnya pasir, batu pasir
dapat memiliki berbagai jenis warna, dengan warna umum adalah coklat muda,
coklat, kuning, merah, abu-abu dan putih. Karena lapisan batu pasir sering kali
membentuk karang atau bentukan topografis tinggi lainnya, warna tertentu batu
pasir dapat dapat diidentikkan dengan daerah tertentu. Ditemukan di karang
sambung, Kebumen.
7.
Pasir Besi
Secara umum pasir besi terdiri dari
mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam
seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin.
mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit,
limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting
merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama
berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik. Ditemukan di sungai luk
ulo, Kebumen.
9.
Pasir Hijau
Batu ini terbentuk dari aktivitas
vulkani, batu ini merupakan kristal olivin yang dihasilkan dari letusan gunung
berapi kerucut yang letusan (erupsi) dan longsorannya (erosi) menyebar di
sekeliling gunung. Ditemukan di sembaro,karangsambung, Kebumen.
11.
Batugamping
Batu gamping adalah batuan sedimen
yang memiliki komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO3). Batuan karbonat yang
hampir seluruhnya kalsium karbonat (CaCO3), atau secara spesifik adalah batuan
karbonat yang mengandung lebih dari 95% kalsit dan kurang dari 5% dolomit.
Teksturnya bervariasi antara rapat, afanitis, berbutir kasar, kristalin atau
oolit. Batu gamping dapat terbentuk baik karena hasil dari proses organisme
atau karena proses anorganik. Ditemukan di wonogiri, jogjakarta.
12.
Gamping Merah
Gamping berwarna merah. Singkapan
yang merupakan endapan laut dalam ini berlapis hampir vertikal membentuk
puncak-puncak punggungan yang sempit. Ditemukan di karangsambung, Kebumen
13.
Gamping Numulities
Bongkah batu gamping numuliites
merupakan "olistolit" hasil suatu pelongsoran besar didasar laut dari
tepian menuju tengah cekungan yang dalam. Fosil yang
ada menunjukkan bahwa pada kala Eosen kawasan sekitar Karangsambung merupakan laut dangkal di mana pada tepi-tepi cekungan diendapkan batu gamping numulites.
ada menunjukkan bahwa pada kala Eosen kawasan sekitar Karangsambung merupakan laut dangkal di mana pada tepi-tepi cekungan diendapkan batu gamping numulites.
14.
Breksi Vulkanik
Breksi Vulkanik (Qb); Terdiri dari
breksi yang bersifat andesitik, lava, batupasir tufaan dan breksi lahar. Breksi
andesit umumnya melapuk sedang berwarna kuning kecoklatan, komponen batuan
andesitik (4 – 45 cm) agak segar, menyudut tanggung, tertanam pada masadasar
pasir tufa berbutir kasar, agak padat sebagian mudah hancur. Lava andesit
umumnya melapuk ringan berwarna abu-abu tua, padu, bertekstur kasar dan
porfiritik, terkekarkan cukup intensif dan terisi oleh mineral kuarsa. Breksi
lahar umumnya melapuk sedang, berwarna coklat tua, komponen tufa dan batuan
agak segar yang berukuran pasir kasar hingga kerakal, menyudut sampai membulat
tanggung, agak padu. Ditemukan di kedung jati, Bantul.
15.
Breksi Pumice
Breksi batuapung (Pumice) mempunyai
kuat tekan 75,62 kg/cm2. kedap suara, mudah dibentuk atau dipahat menjadi
blok-blok yang berukuran besar, sehingga dapat mengurangi pelesteran. Selain
itu lain juga tahan terhadap api, kondensi, jamur dan panas, serta cocok untuk
akustik. Dalam sektor industri lain, batuini digunakan sebagai bahan pengisi
(filler), pemoles/penggosok (polishing), pembersih (cleaner), stonewashing,
abrasif, isolator temperatur tinggi dan lain-lain. Ditemukan di semiilir,
Jogjakarta.
No comments:
Post a Comment